Gaya Hidup Sustainable Jadi Tren Besar Gen Z Indonesia 2025
Gaya Hidup Sustainable Jadi Tren Besar Gen Z Indonesia 2025
Tahun 2025 menjadi momentum besar dalam perubahan gaya hidup generasi muda Indonesia. Setelah bertahun-tahun dikuasai budaya konsumtif dan fast fashion, kini generasi Z Indonesia secara masif beralih ke gaya hidup sustainable (berkelanjutan).
Anak muda di kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Bali mulai meninggalkan pola konsumsi boros dan beralih ke produk ramah lingkungan, daur ulang, second-hand, lokal, dan etis.
Artikel ini membahas secara mendalam bagaimana gaya hidup sustainable menjadi tren besar Gen Z Indonesia di tahun 2025, alasan di balik lonjakannya, bentuk-bentuk praktik yang populer, dampaknya terhadap industri dan budaya, serta tantangan yang masih dihadapi.
Latar Belakang Munculnya Tren Sustainable
Beberapa faktor utama mendorong pergeseran ini:
1. Krisis iklim semakin terasa
Banjir, polusi udara, dan cuaca ekstrem makin sering terjadi, memicu kesadaran lingkungan anak muda.
2. Akses informasi terbuka
Media sosial penuh konten edukasi soal limbah fashion, emisi karbon, dan pentingnya gaya hidup hijau.
3. Perubahan nilai Gen Z
Mereka tidak hanya mengejar status sosial lewat barang, tapi ingin hidup punya makna dan dampak positif.
4. Lonjakan brand hijau lokal
Banyak merek lokal mengusung nilai eco-friendly yang membuat sustainable terasa trendi.
5. Dukungan pemerintah dan NGO
Kampanye pengurangan plastik, bank sampah digital, dan regulasi industri mendorong perubahan perilaku.
Kombinasi faktor ini membuat kesadaran lingkungan menjadi bagian identitas generasi muda Indonesia.
Perilaku Baru Gen Z dalam Gaya Hidup Sustainable
Gaya hidup sustainable Gen Z mencakup banyak aspek keseharian:
-
Fesyen: membeli pakaian second-hand (thrifting), preloved, swap, atau brand etis lokal
-
Konsumsi: mengurangi plastik sekali pakai, membawa tumbler & tas kain, memilih produk isi ulang
-
Makanan: memilih makanan plant-based, membeli produk lokal, mengurangi food waste
-
Transportasi: memakai transportasi umum, sepeda, dan kendaraan listrik sewaan
-
Gaya hidup digital: memakai perangkat elektronik lebih lama, memperbaiki gadget, hemat energi
-
Investasi: memilih brand dan saham hijau (ESG)
Generasi Z tidak lagi melihat konsumsi ramah lingkungan sebagai pengorbanan, tapi sebagai gaya hidup keren dan membanggakan.
Tren Sustainable Fashion Meledak
Salah satu sektor paling terdampak adalah industri fashion:
-
Toko thrift dan preloved menjamur di kota besar
-
Brand lokal seperti Sejauh Mata Memandang, Kana Goods, Osem, dan Seratus Kapas mengusung kain alami dan etis
-
Marketplace khusus preloved (Tinkerlust, ThriftUp) naik pesat
-
Workshop upcycling pakaian bekas menjadi tren komunitas kampus
-
Influencer fashion mempromosikan “slow fashion” dan “capsule wardrobe”
Gen Z menolak fast fashion karena dianggap boros, mencemari, dan tidak etis. Sustainable fashion jadi simbol status sosial baru yang sadar lingkungan.
Perubahan Pola Konsumsi Makanan
Sektor makanan juga berubah:
-
Naiknya popularitas produk plant-based (susu oat, burger nabati, tofu kreatif)
-
Gaya makan flexitarian & vegan makin diterima sosial
-
Muncul banyak kafe ramah lingkungan dengan zero waste dan bahan lokal
-
Gen Z mengurangi pesan makanan berbungkus plastik, beralih ke wadah sendiri
-
Banyak anak muda mengkompos sisa makanan di rumah atau kos
Konsumen muda ingin makanan yang sehat untuk tubuh sekaligus bumi.
Pertumbuhan Brand Hijau Lokal
Banyak brand baru lahir dengan identitas hijau:
-
Skincare & kosmetik alami: Sensatia Botanicals, The Bath Box, Oasea
-
Produk rumah tangga ramah lingkungan: isi ulang sabun, deterjen, alat kebersihan bambu
-
Brand fashion eco-friendly: Sejauh Mata Memandang, Kana Goods, NicoNico
-
Startup daur ulang & pengelolaan sampah: Rekosistem, Octopus, Duitin
-
Marketplace produk sustainable: EcoHub, Sustaination
Brand-brand ini populer karena menggabungkan estetika, kualitas, dan etika.
Dukungan Pemerintah dan Komunitas
Pemerintah juga mendorong perubahan ini:
-
Program Indonesia Bebas Plastik Sekali Pakai 2030
-
Kampanye Gaya Hidup Hijau oleh KLHK dan Kemendikbud
-
Bank sampah digital di ribuan desa
-
Insentif untuk perusahaan bersertifikat eco-label
-
Kurangi Emisi 2030 yang melibatkan komunitas anak muda
Sementara itu, komunitas Gen Z aktif membuat gerakan hijau:
-
Komunitas Zero Waste Indonesia, Bye Bye Plastic Bags, Diet Kantong Plastik, Cleanomic
-
Aksi rutin beach clean-up, swap clothes, eco market, dan urban farming
Perubahan ini berakar dari kombinasi top-down (pemerintah) dan bottom-up (komunitas muda).
Dampak Sosial dan Budaya
Tren sustainable mengubah budaya generasi muda:
-
Mengganti budaya pamer barang menjadi pamer dampak positif
-
Meningkatkan solidaritas komunitas lewat kegiatan lingkungan bersama
-
Mengurangi stigma hidup hemat — kini dianggap keren
-
Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial atas pilihan konsumsi
-
Mendorong kesadaran akan siklus hidup barang
Gaya hidup sustainable membentuk identitas sosial baru: anak muda yang peduli bumi dan masa depan.
Dampak Ekonomi
Tren ini menciptakan dampak ekonomi signifikan:
-
Lonjakan industri hijau lokal: fashion etis, makanan plant-based, daur ulang, energi terbarukan
-
Tumbuhnya lapangan kerja baru: eco-designer, sustainability officer, konsultan ESG
-
Naiknya permintaan produk lokal dibanding impor massal
-
Mendorong inovasi produk ramah lingkungan dari pelaku UMKM
-
Meningkatkan nilai ekspor produk hijau Indonesia
Gaya hidup sustainable menjadi motor baru ekonomi kreatif Indonesia.
Tantangan Gaya Hidup Sustainable
Meski berkembang pesat, ada tantangan besar:
1. Harga produk ramah lingkungan lebih mahal
Banyak anak muda ingin tapi belum mampu membelinya.
2. Greenwashing
Ada brand yang hanya berpura-pura ramah lingkungan untuk menarik konsumen.
3. Akses terbatas di kota kecil
Produk sustainable banyak tersedia di kota besar saja.
4. Kurangnya edukasi mendalam
Banyak anak muda belum paham makna “berkelanjutan” secara menyeluruh.
5. Infrastruktur daur ulang masih lemah
Banyak barang “didaur ulang” tapi akhirnya tetap ke TPA karena sistem belum siap.
Tantangan ini harus diatasi agar tren sustainable benar-benar berdampak jangka panjang.
Strategi Memperkuat Gaya Hidup Sustainable
Beberapa langkah sedang dilakukan:
-
Edukasi publik masif lewat sekolah, kampus, media sosial
-
Memberi subsidi atau potongan pajak untuk produk eco-friendly
-
Membangun jaringan pusat daur ulang di seluruh kota
-
Memberikan label eco-rating di marketplace untuk membantu konsumen memilih
-
Mendukung brand lokal sustainable lewat kurasi di event dan platform e-commerce
-
Membuat kurikulum “green lifestyle” di pendidikan formal
Langkah ini ditargetkan menjadikan gaya hidup sustainable sebagai norma sosial baru, bukan tren sesaat.
Masa Depan Gaya Hidup Sustainable di Indonesia
Proyeksi 5–10 tahun ke depan:
-
Gaya hidup sustainable menjadi arus utama (mainstream) di kalangan semua usia
-
Produk ramah lingkungan jadi standar, bukan segmen premium
-
Brand besar Indonesia beralih ke model bisnis sirkular (reuse, recycle, repair)
-
Kota-kota memiliki infrastruktur zero waste lengkap
-
Indonesia menjadi pusat produksi produk hijau Asia Tenggara
Gaya hidup sustainable akan menjadi fondasi peradaban konsumsi baru Indonesia.
Kesimpulan
Gen Z Mengubah Gaya Hidup Indonesia Jadi Lebih Ramah Lingkungan
Mereka menjadikan keberlanjutan sebagai bagian identitas sosial dan pilihan konsumsi.
Tapi Harus Didukung Infrastruktur, Edukasi, dan Akses yang Merata
Tanpa itu, gaya hidup sustainable bisa terjebak jadi tren eksklusif, bukan gerakan massal.
Referensi